Dunia Kecilku

Selamat datang di dunia kecilku. Dunia yang terbatas ketidakmampuan mengekspresikan semua keinginan, dunia yang hanya berupa penggalan penggalan, dan akan menjadi utuh karena kehadiranmu. :D

Cep Agus diajar nulis Headline Animator

Jumat, 20 Juli 2012

Menikmati 80 Menit di Dalam Kelas



Konsep PAIKEM (pendidikan yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan) yang sudah lama disuguhkan oleh beberapa ahli ternyata masih sulit untuk diaplikasikan. Tak hanya bagi guru muda, guru guru senior yang berpengalaman puluhan tahun pun kadang belum bisa menikmati saat saat berada di dalam kelas. 80 menit serasa 8 jam. Duduk ga nyaman, jalan jalan tak tenang. Sebentar sebentar ke ruang guru.  

Kenapa semua itu bisa terjadi? Yah jawaban singkatnya ada dua; belum siap dan enggak mau siap. Kalau belum siap, mungkin tips tips ini bisa membantu, tapi kalo ga mau siap, sebaiknya serahkan tugas terhormat itu pada mereka yang mau. 

 


Jadi, bagaimana agar diri kita siap dan akhirnya bisa menikmati 80 menit di dalam kelas bersama anak anak kita.
1.       Siapkan strategi yang teruji.

Saya yakin, rekan rekan semua mengenal perangkat pembelajaran semacam Silabus, RPP, ProMes, Prota dan sebagainya kan? pernah membuatnya? Atau setidaknya ngedonlot lalu mengeditnya? Yah setidaknya pernah denger lah. Ini pengalaman saya.

Suatu pagi saya datang dengan begitu percaya diri. Masuk kelas dengan RPP pertama, itu pun hasil ngedonlot beberapa pekan sebelumnya. Lima menit pertama berjalan dengan cukup baik, karena sudah pasti berdo’a, mengecek kehadiran dan mengisi agenda. Langkah berikutnya, pun tidak begitu sulit, karena seperti yang tertuang di RPP yaitu memberikan apersepsi dan motivasi. Masuk ke bagian inti, saya mulai kebingungan, karena bahasa yang tertuang di sana cukup ngejelimet.Beberapa istilah belum saya fahami. Media dan buku penunjang tidak sesuai dengan apa yang biasa digunakan. Akhirnya 80 menit itu saya hancur di depan anak anak.  

Dari sana bisa disimpulkan , menyiapkan strategi bukan hanya sekedar menyediakan RPP yang kemudian dilaporkan ke KepSek, dijilid bersama perangkat lainnya, kemudian disimpan rapih dalam lemari. Sejatinya, RPP harus benar benar menjadi ungkapan kita dalam merencanakan setiap langkah selama di kelas. Bahkan dari suatu pertemuan, kita bisa melakukan perubahan rencana untuk pertemuan berikutnya berdasarkan temuan di lapangan. Untuk itu penting bagi kita,
a.       Mengenal berbagai model dan metode pembelajaran, agar kita punya beragam strategi untuk menghadapi berbagai kondisi. Variasi penggunaan model pembelajran pun dimaksudkan agar proses PBM tidak monoton alias menarik.
b.       Mencari media yang tepat (efektif dan inovatif) agar kita mampu mengoptimalkan fungsinya.
c.       Melakukan evaluasi atas rencana rencana yang telah kita laksanakan, untuk bahan perbaikan pada rencana rencana ke depan.

2.       Pastikan kita tampil bersih dan rapih di depan anak.

Suatu hari seorang rekan datang sedikit terlambat ke kelas karena motor yang dia kendarai mogok di jalan. Waktu masuk kelas dan mulai mengajar, sebagian anak cekikikan. Ia pun sadar ada yang salah, tapi tidak tahu apanya yang salah. Resleting ketutup. Kancing terpasang rapi. Rambut, OK. Sepatu mengkilat.  Akhirnya, selama 80 menit itu dia terus bertanya tanya sambil sesekali memeriksa penampilannya.
Ternyata, setelah dia bercermin, ada noda oli di pipi kirinya. Beuh…

Nah, supaya kejadian tersebut ga menimpa kita, sempatkan untuk bercermin sebelum masuk kelas.  Jangan terlalu lama juga, apalagi kalo waktu dandan sampe makan satu jam pelajaran, hadeuh…
Nah, selain itu dengan tampil rapih dan bersih, kita pun secara tidak langsung mengajarkan pada anak anak kita untuk bersikap bersih dan rapi. (Remember, teachers are models to their students. )

3.       Datang tepat waktu

Rekan tentu ingat kan bagaimana RPP di susun? Setiap fase membutuhkan waktu pelaksanaan. 80 Menit itu telah kita rancang agar dapat digunakan seefektif mungkin. Hal ini akan sulit dilaksanakan bilamana kita datang terlambat ke kelas. Mungkin kita bisa mengatur ulang bila keterlambatan kita hanya 2-5 menit. Lebih dari itu, mungkin harus ada langkah yang kita lewati. Bahkan untuk merancang ulang nya pun kita membutuhkan waktu.

Kenapa saya bicara seperti ini? Karena itu hal terberat yang sampai saat ini masih harus diperjuangkan. Harus diakui bahwa saya pun masih belajar untuk datang tepat waktu setiap saat, namun terkadang ada saja hal yang membuat saya datang terlambat ke sekolah.

Bila rekan rekan pernah menonton film ‘Freedom Writers’, rekan akan melihat, di sana guru menanti siswa di kelas. Mereka melatih kembali rencana rencana yang mereka buat sebelum siswa masuk ke kelas. Sebaliknya, di kebanyakan sekolah di negara kita, murid cenderung datang lebih awal ke sekolah dan harus nungguin guru setelah bel masuk. Bahkan guru yang datang sebelum bel masuk pun lebih senang menikmati waktunya di ruang guru dengan secangkir kopi daripada masuk ke kelas dan membaca kembali RPP mereka.

4.       Ciptakan suasana kelas yang asyik dan kondusif.

Kelas yang menyenangkan tidak begitu saja terbentuk, semua itu memerlukan usaha untuk menciptakannya. Sebagai guru, kita ibaratnya pelukis langit dalam ruang kelas. Biru atau kelabu akan menjadi dasar bagi anak anak untuk melanjutkan lukisannya. Sulit bagi mereka untuk melukis warna warni pelangi bila warna yang kita tumpahkan adalah kelabu. Namun anak anak akan begitu senang melukis pelangi, bunga bunga dan kupu pada langit cerah yang berwarna biru.

Biru atau kelabu itu sangat ditentukan bagaimana sikap kita saat berada di dalam kelas. Banyak dari kita yang sering membawa permasalahan di luar, ke dalam kelas. Pada akhirnya, suasana yang tercipta pun persis seperti apa yang tengah kita rasakan. Pada kesempatan lain, kita kadang terjebak oleh sikap siswa yang membuat kita lepas kendali, dan pada akhirnya suasana menyenangkan yang kita ciptakan sejak masuk kelas harus runtuh karena satu insiden.

Bagaimana menghadapinya? Sekali lagi saya sampaikan hanya untuk mereka yang mau.
a.       Belajar mengendalikan diri, di mana pun dan kapan pun. Tujuannya agar kita tetap terlihat tenang saat menghadapi kondisi seburuk apapun. Hal sulit ini memang membutuhkan latihan cukup lama, namun manisnya pun akan kita kecap selamanya. Misalkan saat kita tengah memberikan penjelasan, lalu ada anak anak yang ngobrol di belakang. Daripada melempar penghapus atau membentak mereka, mungkin lebih baik bagi kita untuk mendekati lalu meminta mereka untuk menjelaskan kembali apa yang telah kita jelaskan. Dengan begitu, selain menghemat energi, kita pun tetap menjaga suasana kelas yang nyaman.
b.      Hindari memanggil kata ‘Kamu’ dan ‘Saya’ dalam berinteraksi dengan siswa. Disadari atau tidak, kata ‘kamu’ dan ‘saya’ telah menciptakan jarak antara kita dan anak anak. Memanggil siswa dengan namanya akan terasa lebih nyaman, baik bagi kita terutama siswanya. Anak anak akan lebih merasa diakui saat mereka dikenali guru. Dengan membiasakan diri memanggil nama mereka, kita telah menunjukan kepedulian kita sekaligus belajar untuk lebih mengenal mereka.
c.       Hindari pula menunjuk siswa. Beri kesempatan kepada mereka untuk menunjukan keberanian. Namun, bila memang yang kita hadapi kelas yang pendiam, bahkan setelah kita beri motivasi, tetap jangan menunjuk siswa. Lalu bagaimana? Coba dekati siswa, pegang pundaknya dan minta ia untuk memberikan pendapatnya. Hal tersebut akan lebih nyaman dan  menyenangkan bagi siswa. Respon siswa pun akan kita rasakan lebih baik dibanding dengan menunjuk mereka dari depan kelas.

Tentu banyak hal lain yang belum terungkap di sini, itu semua disebabkan keterbatasan penulis semata. Karenanya, jangan sungkan untuk memberikan masukan dan kritik atas tulisan ini. Sebaliknya, bila ada hal yang bisa diambil dari tulisan ini, semuanya adalah karunia Yang Maha Tinggi. Semua yang ada di langit dan bumi adalah milik Nya, termasuk ilmu ini. Semoga bermanfaat.   

*dari berbagai buku dan guru, termasuk pengalaman pribadi.
** ilsutrasi gambar diambil dari sini.

Tidak ada komentar: