Narsisme Bukanlah Sebuah Dosa

Kasepkah Saya?

 Kebiasaan mengatakan bahwa si sayah teh Ganteng, Keren, Kasep, dan sejenisnya nampaknya sudah mendarah daging pada diri ini. Hingga reaksi dari massa pun bermunculan, dari yang hanya sekedar tersenyum, bengong, memberi komentar menusuk, bahkan melakukan demo besar besaran yang sedikit berbau anarkis. Namun, saya memaklumi semuanya. Sebagai publik figur, apa yang saya ucapkan akan mendapat reaksi dari masyarakat luas, seperti saat Presiden kita mengatakan bahwa harga BBM akan naik, masyarakat pun berreaksi. Coba kalau tukang bensin yang mengumumkannya, belum tentu ada yang mendemo.
 
Namun, dibalik ketidaksetujuan mereka, saya mencoba berdalih, bertanya balik kepada mereka, Apa salahnya bersikap narsis? apakah dengan bersikap seperti itu, akan merugikan negara? Engga kan? justru, saya mencoba menyampaikan pesan sederhana, bahwa setiap dari kita itu unik, ganteng, kasep (pr: cantik, geulis). Saya begitu khawatir dengan sikap masyarakat terutama anak anak, yang begitu gampang mengeluh, begitu gampang terbawa suasana. Sebentar sebentar nulis status yang beraroma galau, seperti 'BT ih...' atau 'Kenapa ia tak mencintaiku?' juga 'Pusing lah boga kabogoh teh' Hadeuh, disadari atau tidak, aura negatif yang terdapat pada kata kata tersebut akan menyebar, layaknya virus. Nah, kalau yang baca na orang sehat, kasep atau geulis, mungkin tidak terlalu berpengaruh, tapi bagaimana kalo sebaliknya? orang yang bacana teh rapuh, mudah terinfeksi, maka secara tidak langsung kita sudah berdosa dengan membuat orang lain tidak bahagia.... So, buat rekan rekan sejawat, saudara se adam se hawa, dulur salembur, mari kita bersama sama bernarsis ria... saya yakin, yang baca ini kasep atau geulis... tidak percaya... silahkan ngenteung..:D