Dunia Kecilku

Selamat datang di dunia kecilku. Dunia yang terbatas ketidakmampuan mengekspresikan semua keinginan, dunia yang hanya berupa penggalan penggalan, dan akan menjadi utuh karena kehadiranmu. :D

Cep Agus diajar nulis Headline Animator

Senin, 30 April 2012

Temui Aku Satu Tahun Lagi


gambar diambil dari : http://majalahversi.com/

“Temui aku satu tahun lagi, bila engkau benar benar mencintaiku, dan ingin menjadikanku istrimu. ” Ucapnya tegas.

Aku tersentak keras atas jawabannya, seolah ada batu besar yang dijatuhkan tepat di kepalaku. Sel sel dalam otakku seolah berhenti bekerja, sehingga tak mampu menyusun kata-kata untuk menjawab permintaannya.  Senja, perempuan yang kukenal dua tahun ke belakang itu memang ‘aneh’. Tak seperti teman teman perempuan perempuan ku yang lainnya. Misterius namun apa adanya. Tegas namun ramah. Dua tahun seharusnya sudah cukup bagiku untuk memahami sikapnya, mengerti kebiasaannya hanya saja kali ini aku tak menemukan apa pun di balik kata kata nya. Apa sebenarnya yang ia inginkan? Hampir selama satu tahun ini, kami bertemu setiap hari, di depan teater seusai ia manggung atau berlatih, di rumah baca tempat ia tinggal dan menikmati hari harinya bersama anak anak kampung yang ia ajak belajar, atau kadang di acara acara pengajian yang kuakui malas kudatangi bila bukan karenanya. Lalu kenapa tiba tiba ia memintaku untuk menunggu dan bahkan tak menemuinya dalam satu tahun?

Aku terus terdiam selama beberapa langkah, dan mendadak semuanya terasa sunyi, tak kudengar suara raungan mesin mobil atau jeritan klakson. Orang orang yang berpapasan dengan kami pun layaknya manequin bergerak. Semua yang kami lewati, gedung gedung perkantoran, halte bis, pohon mahoni tua, bahkan gambar-gambar iklan di baligo seolah mentertawakan kekalahanku. Jujur, aku merasa terpojok dengan keadaan ini. Aku menoleh ke arahnya. 'Benarkah ia perempuan yang kucintai? Ah aku harus kuat, aku bisa menghadapi keadaan ini'. Aku pun mulai menyusun kata-kata dalam otak kananku, diikuti oleh bibir dan lidah yang mulai mencair.   

“Bagaimana bila aku tak mau, dan tetap menemuimu di sini?” tanyaku

“Tak apa, hanya mungkin aku akan memberikan permintaan ini kepada orang lain yang mau.”
Jawabnya tanpa berpikir lama. Ah, mungkin aku telah salah menilai sikapnya selama ini. Kupikir, aku telah menakluk kan hatinya. Rasanya ingin berhenti saja, dan meninggalkannya, namun rasa cinta ini menahanku, kau harus kuat Di, kau harus kuat.
“Lalu aku harus bagaimana bila aku merasakan rindu kepadamu?” Tanyaku lagi, sambil terus menunduk layaknya kucing liar yang kehilangan mangsanya.

“Simpanlah, belajarlah tentang kesabaran, karena mungkin setelah menikah, kita tak akan selalu bersama. Dan kita pun tak akan hidup selamanya, salah satu akan meninggalkan yang lainnya, dan hanya dengan kesabaran kita bisa mengikhlaskan semuanya.”
Aku terdiam, terpana dengan jawabannya. Senja, aku yakin, aku mencintaimu. Aku merasa sedikit lega kali ini, dan itu memudahkan kepalaku untuk menyusun pertanyaan pertanyaan berikutnya.

“Bagaimana bila saat jauh darimu, aku tertarik dengan perempuan lain?”

“Tak apa, aku mengerti, dunia ini memang penuh dengan godaan. Yang menentukan adalah apa yang akan kau lakukan selanjutnya. Di situlah kau akan belajar tentang kesetiaan. Tanpa pengawasan, apakah kau akan tetap memegang cintamu? Tanpa kekangan, apakah kau akan tetap berada di jalanmu? “
Mantap. Setiap kalimat yang tertutur darinya membuatku semakin merasa kagum, seolah ia telah mempersiapkan jawaban atas semua pertanyaanku. Aku semakin yakin, namun ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepadanya.
“Bagaimana bila salah satu dari kita tak tiba di hari itu? “ Tanyaku sambil menoleh ke arahnya. Aku sudah cukup berani untuk menatapnya kali ini.

“Kau pun sudah tau, manusia hanya bisa berencana, Tuhan lah yang pada akhirnya memberikan keputusan. Bagiku taka apa, setidaknya aku mati dalam perjuangan.”  Jawabnya tanpa membalas tatapanku. Perjuangan katanya? Yes. Ia mencintaiku, ucapku dalam hati. Kini aku punya kekuatan untuk menjalani satu tahun ke depan, meski tak bersama, namun kita akan menjalani semuanya bersama.

“Aku terima tawaranmu, dan kuharap kau tak mengingkari janjimu” kali ini ia yang terdiam seraya menghentikan langkahnya.

“Jaga dirimu baik baik, dan aku ingin berpesan satu hal padamu. Kenalilah Tuhan dan rasulmu, karena aku ingin kau lebih mencintai mereka daripada aku. Assalamu’alaikum.“ Ucapnya sambil menoleh ke arahku sebentar, dan kemudian melangkah cepat meninggalkanku.

“Wa’alaikum salam…” ucapku lemah.

Dan berlalulah ia dari hadapanku, meniti jalan kecil berbatu menuju rumah bacanya. Dari jauh kulihat ia berbalik ke arahku sebelum membuka pagar bambu yang melingkari pekarangan kecilnya. Ia tersenyum, dan kembali berjalan masuk ke rumahnya.
‘Aku kan mencoba Senja, terima kasih karena telah mengajariku bagaimana seharusnya hidup.’ Ucapku dalam hati sambil menikmati senja ter indah yang pernah terjadi dalam hidupku.

Tidak ada komentar: